HIDUP DALAM PENYERTAAN ALLAH
Minggu,11 Juni 20171 Janu
Bacaan : Mazmur 8:1-10; Matius 28:16-20
HIDUP DALAM PENYERTAAN ALLAH
Hidup manusia bagaikan arak-arakan perjalanan panjang menuju suatu titik akhir kehidupan duniawi. Ditengah-tengah perjalanan menghadapi berbagai peristiwa baik yang menggembirakan, menyedihkan, mengharukan, mendukakan, membahagiakan, dan peristiwa lainnya. Setiap manusia berharga dimata Allah dan sepanjang perjalanan hidupnya, Allah tidak pernah melupakannya sedetikpun karena manusia merupakan ciptaan-Nya yang paling mulia dari segala ciptaann-Nya yang lain.
Pemazmur dalam bacaan pertama merasakan bahwa manusia yang hina, lemah, tak berdaya seperti bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu; namun Allah melengkapinya dengan diberikan kekuatan untuk membungkam, mengalahkan musuh dan pendendam. Manusia diciptakan-Nya hampir sama/segambar dengan Allah; memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat; berkuasa atas semua buatan tangan-Nya dan bahkan diletakkan di bawah kakinya. Kesaksian Pemazmur ini menegaskan betapa Allah mengasihi manusia dan Allah merupakan Pencipta yang bertanggung jawab. Manusia yang diciptakan tidak ditinggal begitu saja tetapi dilengkapi dengan kekuatan untuk melawan musuh dan pendendam (“kuasa kegelapan/iblis”) bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya Allah telah sediakan berupa tumbuh-tumbuhan/biji-bijian, hewan, ikan, dan binatang-binatang lainnya.
Bacaan kedua, Yesus ingin menegaskan kepada para murid-murid-Nya waktu itu (terutama yang masih ragu-ragu) bahwa Ia adalah Tuhan yang memiliki segala kuasa yang ada di langit dan bumi dan jangan ragu “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.
Allah peduli dan hadir dalam segenap kehidupan manusia dalam suka/duka, senang/sedih, kala galau/bimbang, sukses/gagal dan dalam segala dinamika kehidupan kita Allah hadir menyertai kita. Apakah kehadiran dan penyertaan-Nya dapat kita rasakan? Tergantung relasi kita kepada Allah. Membangun relasi yang baik dengan Allah dilakukan melalui doa, baca firman-NYa, bersaat teduh setiap hari sehingga kehadiran dan penyertaan-Nya dapat kita rasakan. Apabila kita memiliki relasi yang baik dengan Allah, kita akan memiliki sensitifitas merasakan kehadiran-Nya dan totalitas penyerahan hidup dipimpin oleh Allah. Tuhan Yesus memberkati kita senantiasa. Amin. (SY).