Ketulusan Merobohkan Sekat Yang Memisahkan
Minggu, 6 Juli 2014
Bacaan : Yesaya 59 : 9 – 15 & Lukas 10 : 25 – 35
Ketulusan Merobohkan Sekat Yang Memisahkan
Bangunan gereja yang menjadi tempat kita bersekutu, masuk dalam lingkungan Rukun Tangga dan Rukun Warga setempat. Kalau keadaan persekutuan kita menjadi bagian dari masyarakat, pertanyaannya adalah: Apakah keberadaan gereja sudah berdampak bagi masyarakat sekitar? Di manapun gereja berada dan kita juga sebagai representasi dari gereja seharusnya keberadaan kita dapat dirasakan oleh lingkungan sekitar. Dalam membangun relasi bermasyarakat bukan agenda yang mudah bagi kita, apalagi masyarakat kota besar yang masing-masing sibuk dengan kepentingan diri sehingga tidak saling mengenal. Bagaimana mungkin kita bisa menjalin kehidupan bersama kalau kita tidak saling mengenal?
Sebuah kisah ketulusan yang diberikan Tuhan Yesus melalui perumpamaan orang Samaria yang baik hati dalam Injil Lukas 10:25-35. Ketulusan yang ditawarkan tentunya akan dapat merobohkan sekat yang memisahkan antara suku yang berbeda. Saat pemahaman masyarakat pada saat itu bahwa: Orang Samaria yang tidak percaya kepada Allah Israel tetapi sikap hidup mereka sangat diperkenankan Allah. Walau ini hanya sebuah perumpamaan namun ada pesan yang mendalam melaluinya. Kehidupan bersama dapat dibangun kalau tidak ada kecurigaan, mau mengakui keberadaan masing-asing pribadi, saling menghormati perbedaan, saling memperhatikan dan menolong, dll. Hal yang sudah disebutkan hanya sebagian contoh dari ketulusan yang dibangun dalam kehidupan bersama.
Di tengah kehidupan masyarakat Indonesia yang sama dituliskan dalam Yesaya 59:14-15a “Hukum telah terdesak ke belakang, dan keadilan berdiri jauh-jauh, sebab kebenaran tersandung ditempat umum dan ketulusan ditolak orang. Dengan demikian kebenaran telah hilang, dan siapa yang menjauhi kejahatan, ia menjadi korban rampasan.” Ayat ini rasanya mendekati tepat untuk menggambarkan situasi kehidupan bersama di Indonesia. Namun apakah memang Allah berkenan? Tentu saja tidak, dalam Yesaya 59:15b “Tetapi Tuhan melihatnya, dan adalah jahat di mataNya, bahwa tidak ada hukum.”
Hari ini kita diajak untuk menawarkan dan mempraktekkan ketulusan dalam menjalin kehidupan bersama. Walaupun ada sekat yang memisahkan kita dalam hidup bersama namun semua akan roboh dengan ketulusan yang kita suguhkan. Menjalin kehidupan bersama dengan lingkungan sekitar dengan menerima satu dengan yang lain yang berbeda, mau mengenal dan memperkenalkan diri, mau menanggung dan menopang saat yang lain membutuhkan, menjalin kebersamaan dengan berkegiatan bersama, dll. Terkhusus menjaga stabilitas bersama dengan parkir yang baik dan benar, bagaimana saling menghargai dengan menjaga ketertiban bersama, menggunakan alat musik untuk latihan maupun ibadah dengan menghormati saudara-saudara di sekitar, dll.
Selamat membangun kebersamaan dengan ketulusan yang kita tawarkan. Tuhan memperkenankan keberadaan kita berdampak bagi lingkungan sekitar. Tuhan memberkati, Amin. (KA)