Menu

Khotbah Minggu
Komunitas-komunitas di Sekitar Keluarga Modern

nobanner

communityMinggu, 19 Oktober 2014

 

Bacaan  :   Amsal 27 : 17 & Efesus 5 : 15 – 17

 

Komunitas-komunitas di Sekitar Keluarga Modern

Manusia dicipta sebagai makhluk individual sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia jelas tidak bisa hidup tanpa manusia lainnya. Begitu pun sebuah keluarga, selalu membutuhkan keluarga lainnya. Kita memang hidup di kota besar, rumah berpagar tinggi, berangkat kerja pagi, pulang malam, sesampainya di rumah tutup pagar, tutup pintu. Terkadang tak kenal tetangga kanan-kiri. Satu tembok tapi rasanya sangat jauh. Meski begitu suka tidak suka, mau tidak mau kita akan diperhadapkan pada relasi demi relasi antar manusia. Termasuk juga keberadaan komunitas-komunitas di sekitar yang sangat mempengaruhi kehidupan keluarga.

Di perumahan A ada komunitas ibu-ibu arisan. Bertemu sebulan sekali. Selain arisan, mereka memperbincangkan kegiatan kegiatan sosial di lingkungan perumahan tersebut. Mulai dari menyantuni anak yatim, pemberian beasiswa, kunjungan orang sakit, sampai kerja bakti membersihkan lingkungan perumahan. Di perumahan B tidak mau kalah. Ada pula komunitas ibu-ibu arisan. Bertemu sebulan sekali. Namun sayang, dari awal sampai akhir pertemuan mereka hanya memperbincangkan jenis dan merk gadget paling canggih, pameran mobil mewah, bahkan tak jarang mereka saling pamer barang-barang mahal milik mereka. Jenis komunitasnya sama, tapi situasi dan kondisi di dalamnya berbeda. Ada komunitas mancing yang baik tapi banyak pula yang tidak baik. Ada komunitas anak band yang baik, berprestasi, menghasilkan karya karya hebat. Namun ada pula yang tidak baik, berkawan akrab dengan obat obat terlarang. Tidak selamanya komunitas anak motor atau anak punk buruk, banyak yang baik. Mereka berkarya bahkan memiliki visi dan misi hidup untuk menolong orang lain.

Untuk itulah kita harus bijak dalam memilih, menentukan komunitas mana yang cocok untuk kita juga keluarga. Komunitas yang dapat mendatangkan pengaruh baik dalam kehidupan keluarga. Sebagaimana kitab Amsal 27:17 menuturkan, “besi menajamkan besi orang menajamkan sesamanya”. Jangan sampai keberadaan komunitas justru menumpulkan kualitas relasi, kualitas cinta sekaligus kuantitas dan kualitas perjumpaan antar anggota keluarga. Misalnya, karena ikut komunitas mancing, sang suami tidak lagi memiliki waktu bersama isteri dan anak. Sang suami, tidak memiliki waktu untuk bersekutu di gereja. Sang suami lebih “betah” berjam jam bersama komunitas mancingnya daripada bersama keluarga.

“Perhatikanlah dengan saksama bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif” (Efesus 5:15). Pilihlah komunitas komunitas yang memberi manfaat bagi keluarga. Komunitas yang memberi pengaruh positif bagi keluarga. Komunitas yang membangun, bukan menghancurkan. Komunitas yang menajamkan bukan menumpulkan. Selamat berkomunitas! Tuhan Menuntun. (KP)

Comments

comments