Menu

Teching
Memahami Anak Modern

nobanner

kid&gadgetMinggu, 5 Oktober 2014

 

 

Bacaan  :   1 Korintus 9 : 19 – 22 & Kolose 3 : 21

 

Memahami Anak Modern

 

Generasi muda yang lahir antara tahun 1998 – sekarang sering disebut Generasi Z atau Next Generation. Menurut Idy Subandi, seorang pengamat budaya populer, generasi tersebut dibesarkan dalam lingkungan budaya baru, media digital yang interaktif. Mereka menjadi generasi baru dengan kulturnya sendiri yang dikonstruksi oleh lingkungan teknologi komunikasi baru. Mereka suka berselancar di depan internet. Generasi inilah yang menjadi inti pendukung penggunaan media baru. Banyak kalangan yang cemas bahwa generasi tersebut akan menjadi generasi yang kecanduan gadget dan internet serta mengalami de-sosialisasi (terasing dari lingkungan). Namun dalam perspektif yang lebih positif dan optimis, Don Tapscott, seorang enterpreneurship, melalui penelitian empiriknya menunjukkan bagaimana generasi muda semakin cerdas, gesit dan toleran terhadap keberagaman rasial dan agama. Mereka dibesarkan menjadi aktor, pemrakarsa, pencipta, pemain, dan kolaborator. Mereka memiliki ruang kultural dengan delapan norma yakni kebebasan, kustomisasi, penyelidikan, integritas, kolaborasi, hiburan, kecepatan dan inovasi. Menurutnya, dengan tetap waspada pada sisi lemahnya, internet bisa menjadi sesuatu yang baik bagi generasi ini. Memahami generasi internet berarti memahami masa mendatang!

Lalu bagaimana bersikap terhadap mereka? Ada sikap ekstrim yang menjauhkan kaum muda dari media modern (otoriter). Ada pula yang terlalu permisif dan membiarkan kaum muda tenggelam dalam dunianya sendiri. Dengan merenungkan sikap Paulus, kita belajar untuk pertama-tama mau menyelami anak muda dan dunianya. Ada pepatah Jawa berbunyi “manjing ajur ajer”, artinya untuk memahami sebuah komunitas kita perlu rendah hati masuk bergaul dan menyelami kehidupan komunitas tersebut. Pendampingan ini membesarkan hati anak modern karena anak merasa bahwa pandangan, pendapat dan perasaan mereka dihargai. Jika keluarga memberi masukan dan arahan, anak tetap merasa bahwa mereka diterima, bukan disakiti (Kol 3: 21). Harus diakui bahwa jaman sudah sangat berubah dan media modern memang menjadi ‘dunia’ sehari-hari anak modern. Di abad digital ini, ‘traditional media culture’  tengah mengalami transformasi ke dalam ‘digital media culture’ dan ‘visual media culture!’ Banyak hal positif perlu diapresiasi bahkan di-support dari perkembangan anak muda masa kini. Generasi muda menjadi generasi multitasking, penuh talenta dan mampu melakukan banyak aktivitas dalam waktu bersamaan! Fungsi keluarga, lembaga pendidikan dan gereja adalah secara bijak dan simpatik menuntun mereka agar mampu memilah dan memilih penggunaan media modern secara bijaksana.

Kita semua ingin agar anak-anak kita tumbuh dengan baik di tengah kultur hidup mereka yang jauh berbeda dengan generasi sepuh. Alangkah bijak bila kita mulai dengan mendengarkan mereka, bukan justru dengan menyakiti hati mereka! (OH)

Comments

comments