Menerima Mereka Sebagaimana Adanya
Minggu, 20 Juli 2014
Bacaan : II Samuel 9 : 1 – 8 & Yohanes 9 : 1 – 7
Menerima Mereka Sebagaimana Adanya
Saya teringat suatu ketika pada saat saya masuk ke kota Jakarta di mana tinggal kost pertama kali di Jakarta Selatan. Saya tinggal di rumah ibu kost yang asalnya dari Solo, orangnya lembut sifatnya dan ayu parasnya, hal mana berlawanan dengan sang suami yang keras dan cenderung kaku. Saya penasaran, kemudian saya tanya kepada beliau kenapa mau menikah dengan bapak, maka dijawab bahwa sebenarnya dia paling benci pada figur seperti suaminya tersebut. Dia bilang, “Sebenarnya pada waktu saya sekolah ke Luar Negeri itu untuk mencari Master Dik, eeh…malah dapat Mister” dan orang tersebut bukanlah yang diidam-idamkan hatinya, dia bilang “jauh panggang dari api”. Dia ingat pesan orang tua dahulu “Nduko jogething mengko mundhak nyanding”. Eeh… benar saja kejadiannya.
Dari bacaan Firman II Samuel 9:1-8, di situ diceritakan bahwa Raja Daud akan menunjukkan kasihnya kepada keturunan Yonatan sahabat karibnya anak dari Raja Saul, dengan kasih Allah. Dan ditunjukkan oleh Ziba hamba Saul, bahwa masih ada satu orang keturunan dari Yonatan bernama Mefiboset. Hal yang diluar dugaan dan tidak dikehendaki oleh Raja Daud yaitu bahwa Mefiboset itu seorang yang timpang (cacat kakinya). Mengapa hal ini di luar harapan Raja Daud, karena raja sangat benci pada orang cacat (orang buta dan orang timpang). Hal ini dapat kita pelajari dari kisah Raja Daud pada waktu akan merebut kota Yerusalem, di mana mereka menghalau pasukan Daud dengan orang-orang buta dan orang-orang timpang. Dalam kisah selanjutnya diceritakan bahwa raja Daud membuat ketentuan di mana orang-orang buta dan orang-orang timpang dilarang masuk Bait Allah (II Samuel 5: 8b).
Raja Daud dapat pembelajaran dari Tuhan di mana dia harus melakukan sesuatu yang tidak disukainya, yaitu bergaul dan makan semeja dengan sosok yang “dibencinya” seumur hidup. Dapat dibayangkan bagaimana menderitanya kita bergaul dengan orang yang kita benci. Sering kita dengar orang mengatakan “Jangankan menegur ketemu saja sudah sebel”. Naah…di sini Raja Daud belajar untuk taat pada sumpah yang telah diucapkan bahwa dia akan menunjukkan kasihnya pada Yonatan sahabat karibnya itu. Dalam hal ini Raja Daud telah menunjukkan kesetiaannya dengan menerima Mefiboset yang timpang itu sebagaimana adanya. Dalam Mazmur 15: 4b Raja Daud menuliskan arti dari sebuah “Integritas” yaitu tetap berpegang pada sumpah walaupun rugi. Itulah sebabnya Raja Daud disebut sebagai “Orang yang berkenan pada ALLAH”. Dalam Alkitab disebutkan bahwa hanya ada 2 orang yang berkenan pada ALLAH, yaitu Raja Daud dan Tuhan Yesus.
Lebih jauh Tuhan Yesus memberikan teladan kepada kita semua, seperti dalam bacaan Perjanjian Baru yaitu Tuhan mengatakan bahwa orang cacat (buta sejak lahir) itu bukan karena orang tuanya atau orang tersebut yang berdosa, tetapi bahwa karya ALLAH harus dinyatakan melalui orang itu. Di sini Tuhan Yesus menunjukkan kasih-Nya pada orang-orang yang dianggap hina oleh dunia, orang-orang cacat/difable baik secara fisik maupun mental/kejiwaan. Tuhan Yesus menyambut dengan tangan terbuka kepada mereka yang lemah tak berdaya dan yang berbeban berat. Bahkan dalam satu Firman dikatakan bahwa “Aku datang bukan untuk orang benar melainkan untuk orang berdosa”.
Oleh karena itu marilah kita meneladani Kristus dengan menerima orang lain sebagaimana adanya, karena seperti yang difirmankan bahwa “Apa yang telah engkau perbuat bagi saudara-Ku yang paling hina ini berarti engkau telah melakukannya bagi-Ku”. Tuhan Yesus memberkati, Amin. (AHD)