Rendah Hatikah Aku?
Minggu, 21 Desember 2014
Bacaan : Yohanes 3 : 22 – 30 & Roma 12 : 9 – 15
Rendah Hatikah Aku?
Rendah Hati. Dua kata yg diucapkan dalam satu nafas ini begitu sederhana, tetapi pengaruh dan manfaat yang diperoleh begitu luar biasa. Orang sering mengistilahkan sebagai powerfull. Dia akan menghancurkan tembok penyekat seberapa pun tebalnya. Dia akan mencairkan kebekuan yang sudah berapa lamapun terjadi, dan dia akan menghancurkan pertahanan yang seberapapun kokohnya.
Contoh kecil adalah ketika Presiden Jokowi menggunakan kelas ekonomi sewaktu menghadiri wisuda anaknya di Singapura. Segala keangkuhan yang selama ini melekat pada setiap pejabat di Indonesia (bahkan banyak Jenderal yang check in sendiri saja tidak pernah) serasa ditempelak dengan keras dengan sebuah contoh yang dilakukan oleh presiden.
Rendah hati adalah sebuah karakter yang bukan tidak bisa dipelajari, tetapi butuh kesediaan dan “penyaliban” keakuan. Rendah hati adalah sebuah tindakan yang “tidak mengklaim” hak. Ini yang sulit, karena yang sering terjadi justru sebaliknya, orang mengklaim haknya terlebih dahulu sebelum kewajiban. Posisi saya adalah X, sehingga saya berhak dihormati.
Ada 2 hal menarik dari ayat kita hari ini dari Roma 12 : 10 “Saling mendahului dalam memberi hormat” dan ayat 14 “Berkatilah siapa yang menganiaya kamu. Jangan mengutuk”. Yang pertama saja susahnya bukan main. Yang kedua. Apalagi. Memberkati orang yang menganiaya kita. Yang terjadi: memaki lebih mudah daripada memberkati.
Tuhan Yesus sudah memberi contoh yang luar biasa dan sesungguhnya kerendahan hati mendahului kehormatan.
Mari kita lihat diri kita sendiri. Apakah kerendahan hati ada pada kita? Kalau belum, mari sama-sama belajar. (ASB).