TEGUH MEMEGANG PRINSIP KEBENARAN
Minggu, 22 Maret 2015
Bacaan : Kejadian 3 : 1 – 7 & Markus 10 : 35 – 45
Teguh Memegang Prinsip Kebenaran
Menurut Saudara, mengapa seorang pelajar mau diajak teman-temannya untuk menyerang anak-anak sekolah lain? Mengapa ia mau terlibat tawuran? Apakah dia tidak tahu bahwa tawuran adalah perbuatan buruk? Pasti tahu! Lalu apa alasannya? Salah satu alasan yang biasa dikemukakan adalah solidaritas persahabatan satu sekolah! Ya, menurutnya, itu adalah ekspresi persahabatan! Betulkah demikian? Bukan! Solidaritas seperti itu adalah solidaritas sempit! Juga bukan ekspresi persahabatan namun ekspresi ‘kejahatan’ bertopeng apa yang katanya disebut persahabatan!
Adam, suami sekaligus soulmate Hawa, seharusnya mengingatkan Hawa agar tidak makan buah terlarang. Adam pasti ingat betul apa akibatnya bila nekat dimakan. Namun Adam justru malah tergoda dengan ajakan Hawa. Adam malah turut memakannya! Seharusnya Adam teguh berpendirian pada kebenaran dan mengajak Hawa juga demikian. Namun yang justru malah sebaliknya! Adam lemah pendirian dan jatuh dalam godaan!
Tuhan Yesus pun ‘digoda’ dua orang murid sekaligus sahabatnya, Yohanes dan Yakobus. Mereka pikir, kelak Yesus akan menjadi penguasa Israel secara politis. Nah, ini saatnya booking tahta di sebelah Yesus kelak. Entah menjadi patih atau perdana menteri atau menteri senior atau apapun namanya. Apapun resikonya mereka siap hadapi demi tahta tersebut! Namun Yesus bukanlah sahabat yang mau dibujuk-bujuk atau diatur-atur. Yesus punya pendirian teguh. Ia mendorong dua sahabatnya itu untuk merenung bahwa jika ingin terhormat dan dilayani, seseorang bukan mengejar tahta namun justru mau merendah untuk melayani sesamanya!
Demikianlah kita semua belajar menjaga kemurnian persahabatan sejati bukan dengan ‘mentoleransi’ kesalahan. Sebaliknya justru mengajak sahabat lainnya untuk memurnikannya dengan bersama teguh memegang nilai-nilai kebenaran! Itulah wujud nyata persahabatan yang produktif, bukan malah kontraproduktif dan menyesatkan!