BAHASA CINTA: KATA DAN SENTUHAN
Minggu, 8 Oktober 2017
Bacaan:
Markus 1:40-42 ; Efesus 4:29-32
BAHASA CINTA: KATA DAN SENTUHAN
Kata yang menyejukkan dan sentuhan lembut akan mempermudah komunikasi suami dan istri. Walaupun tidak semua orang mempunyai bahasa cinta yang sama, namun dua hal diatas jika dilakukan akan menjadikan suami istri dapat membangun relasi dengan baik. Komunikasi dan relasi yang baik tentu saja menjadi syarat terbangunnya keluarga yang kokoh dan harmonis. Tentu saja hal ini menjadi idaman bagi setiap orang dalam membangun rumah tangga.
Berbicara dengan “kata dan sentuhan” teks kita hari ini memperlihatkan bagaimana hal itu dilakukan dalam kehidupan bersama. Saat seorang kusta yang datang kepada Yesus dengan mengatakan “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” Hal ini mau menunjukkan perkenanan Tuhan Yesus. Saat Yesus mendengar perkataan orang tersebut, Yesus menyembuhkan dia. Tergeraklah hati Tuhan Yesus oleh belas kasihan. Perkataan lemah lembut dan rendah hati untuk perkenanan Allah menjadikan Yesus berkenan atasnya lalu menjamahnya dan jadilah sembuh. Perkataan yang lembut menjadikan terbangunnya relasi dengan penuh belas kasihan antara Yesus dengan seorang yang sakit kusta. Demikian juga dengan surat Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus sebagai manusia baru dalam menjalani kehidupan bersama. Perkataan yang baik dapat dilakukan dengan menghindari adanya perkataan kotor. Perkataan yang akan kita ucap haruslah perkataan baik yang tujuannya membangun sehingga bagi yang mendengarnya beroleh kasih karunia. Perkataan kotor itu jika terucap, sama saja kita sedang mendukakan Roh Kudus Allah. Perkataan kotor yang bisa mendukakan hati Allah dan tentu saja setiap orang yang mendengarnya, Rasul Paulus mengaitkannya dengan kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah. Jika hal itu masih bersemayam dalam hati kita maka perkataan kotor akan bisa terucap dengan ringan dan merasa tidak mendukakan siapapun. Perkataan kotor bukanlah hal yang harus dihindari bahkan bisa menjadi gaya hidup setiap kita jika hal itu kita lakukan secara terus menerus.
Rasul Paulus mencoba untuk menawarkan bagaimana kita bisa menghindari perkataan kotor yaitu dengan cara:
- Melepaskan semua kepahitan, kemarahan, kegeraman, pertikaian dan dendam dari diri kita.
- Sebaliknya hendaklah kita ramah, penuh kasih mesra dan melepaskan pengampunan terhadap orang yang menyakiti kita.
Demikian dalam membangun kehidupan rumah tangga juga diperlukan bahasa cinta dengan perkataan yang menyejukkan dan sentuhan yang lemah lembut. Selamat membangun kehidupan rumah tangga dan mau berproses bersama suami, istri dan anak untuk tumbuh bersama. Berterima kasih untuk keluarga yang Allah bangun. Tuhan memberkati. (KA)