Menu

Berani Menerima Kekurangan

nobanner

cloud_loveMinggu, 5 Juli 2015

 

Bacaan :  Rut 4 : 9 – 12 & Roma 15 : 1 – 7

 

Berani Menerima Kekurangan

 

Apakah Saudara pernah mendengar istilah ‘unconditional love’? Maksudnya adalah cinta tanpa melihat kondisi orang lain, cinta tanpa syarat! Itulah kasih Kristus kepada manusia, tanpa syarat! Semua beroleh kesempatan untuk menikmati kasih pengorbanan-Nya! Cinta yang seperti itu sering juga disebut ‘cinta walaupun’, bukan ‘cinta karena’! Kristus mencintai manusia walaupun manusia penuh dengan dosa dan kelemahan. Juga disebut sebagai cinta relasional, cinta yang tulus bukan atas dasar ‘etung-etungan’, bukan transaksional! Itulah cinta agape, cinta tulus tanpa syarat, cinta tanpa pamrih, rela berkorban! Cinta Kristus kepada manusia!

Paulus menegaskan bahwa sebagaimana Kristus menerima manusia maka umat juga mesti menerima satu sama lain tanpa memandang perbedaan yang ada di tengah jemaat. Misalnya perbedaan antara umat yang berasal dari Yahudi ataupun non-Yahudi, ataupun perbedaan antara yang berpantang makan daging dan minum anggur dengan yang merasa ‘bebas’ makan apa saja (Roma 14: 21). Umat juga mesti belajar untuk saling menerima kekurangan satu sama lain dan tidak menjadi batu sandungan bagi sesama. Paulus mendorong seluruh umat untuk mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun (ps. 14: 19).

Keberanian Boas untuk mempersunting Rut yang bukan orang Yahudi juga merupakan inspirasi menarik bagi kita. Boas, yang kaya dan terhormat, berani mencintai Rut dengan tulus walaupun Rut adalah orang Moab dan dari kalangan bawah. Perbedaan suku bangsa bukan menjadi hambatan untuk mengasihi Rut. Relasi Boas – Rut bisa menjadi pendorong bagi keluarga-keluarga untuk mengembangkan relasi tulus dan saling menerima kelebihan maupun kekurangan pasangan.

Saudaraku, lihatlah sesama di sekitar kita! Baik keluarga, sahabat, teman, tetangga, rekan kerja, saudara seiman, … siapapun mereka! Mari kita kembangkan keberanian untuk merangkul dan merengkuh mereka dalam segala kekurangan mereka! Butuh keberanian untuk  memandang mereka sebagai bagian insider, bukan outsider, keberanian meninggalkan zona nyaman, keberanian berpikir out of the box (keluar dari kotak/tempurung), dan bertindak beyond the usual (lebih dari yang biasa)!

Let’s be brave! (OH)

Comments

comments