Bermental Jujur, Antikorupsi!
Minggu, 7 Desember 2014
Bacaan : Lukas 3 : 12 – 14 & Kisah Para Rasul 5 : 1 – 11
Bermental Jujur, Antikorupsi!
Yohanes Pembaptis mendorong Israel untuk menunjukkan buah pertobatan: mengubah laku hidup! Itulah sebabnya, ia mendorong para pemungut cukai untuk bersikap jujur, menagih cukai sesuai ketentuan, tidak memanipulasi setoran demi keuntungan diri. Yohanes juga mendorong prajurit bersikap manusiawi, tidak melakukan kekerasan demi harta rampasan dan perasan dari korban. Mereka harus belajar mengendalikan nafsu keserakahan serta mengelola finansial secara sehat supaya hidup cukup dengan penghasilan reguler mereka. ‘Kotbah’ Yohanes menyadarkan umat bahwa setelah baptisan ada kelanjutannya: tunjukkan buah nyata pertobatan! Kotbah tersebut sekaligus menunjukkan komitmen kuat Yohanes terhadap pembangunan karakter jujur, antikorup!
Ananias dan Safira tega memanipulasi hasil penjualan tanah di hadapan rasul dan umat. Mereka bukan semata berbuat jahat secara personal namun juga menciderai keindahan persekutuan komunal jemaat perdana! Roh Kudus sedang membentuk komunitas alternatif yang erat, harmonis, jujur, saleh, dan solider, dibanding komunitas-komunitas kala itu yang penuh dengan kekerasan dan perilaku koruptif. Entah itu komunitas di kalangan bangsa Yahudi maupun Romawi. Nah, bagaimana citra (dalam pengertian positif) komunitas Kristiani sebagai komunitas alternatif di mata dunia sekitar bila ternyata di dalamnya ada kebusukan moral? Bagaimana komunitas Kristiani bisa bersaksi lantang kepada dunia jika perilakunya sama saja dengan dunia sekitar? Hukuman terhadap Ananias dan Safira menegaskan sikap Roh Kudus bahwa Dia tidak main-main dengan visi-Nya terhadap komunitas baru ini! Umat dan dunia sekitar harus menyaksikan betapa komunitas baru ini sungguh-sungguh menjunjung tinggi integritas moral dan spiritual! Itulah sebabnya komunitas ini makin dikagumi, dan makin banyak orang yang terlibat di dalamnya! Bak guliran bola salju yang makin lama makin kencang dan makin besar! (lih. ay. 14!).
Saudaraku, kita didorong untuk mengikis habis sikap korup melalui keteladanan konkrit serta edukasi nyata bagi generasi di bawah kita. Perjamuan Kudus merupakan momen anamnese, pengenangan kembali akan pengorbanan Kristus yang menghendaki pertobatan kita terus-menerus. Tatkala kita menikmati roti dan anggur, kita menghayati betapa besar kasih Yesus! Oleh karena itu, janganlah kita kembali menyalibkan Dia kedua kalinya, melainkan tunjukkanlah buah pertobatan nyata: bersikap jujur, antikorupsi! Tuhan Yesus memberkati. (OHP)