Jadilah Rekonsiliator Sejati!
Minggu, 3 Agustus 2014
Bacaan : Kejadian 33 : 1 – 11 & II Korintus 5 : 16 – 21
Jadilah Rekonsiliator Sejati!
Ketika sebuah persoalan terjadi antara seseorang atau sebuah lembaga dengan orang/lembaga lain, ada dua pendekatan yang dapat dilakukan oleh orang yang berkepentingan terhadap permasalahan tersebut, yakni pendekatan rekonsiliatif atau pendekatan transaksional konfliktif. Pendekatan rekonsiliatif bersifat membangun dan menemukan jalan terbaik untuk dua pihak tanpa harus ada menang atau kalah. Sedangkan pendekatan transaksional konfliktif mendasarkan diri pada hitung-hitungan sehingga yang terjadi adalah satu pihak akan merasa seolah-olah “menang” dan pihak lain kalah. Selanjutnya, yang kalah merasa sakit hati dan melakukan aksi-aksi negatif sebagai kompensasi.
Bacaan hari ini mengajarkan tentang Yakub yang memilih pendekatan rekonsiliatif dalam mengatasi persoalannya dengan Esau, dan dari sang rekonsiliator sejati yakni Tuhan Allah yang memilih merendahkan diri dan mengorbankan anakNya yang tunggal untuk merekonsiliasi hubungan dengan manusia. Walaupun manusia yang berdosa dan memberontak terhadap Allah, tetapi inisiatif rekonsiiiasi justru datang dari Allah.
Pendekatan rekonsilitatif membutuhkan dua syarat yang sangat berat, yakni kebersediaan untuk rendah-hati dan kesediaan untuk berkorban. Dua hal ini terasa sangat berat karena reaksi spontan manusia ketika bermasalah dengan orang lain adalah “mengambil posisi”. Pada saat orang lain berbuat sesuatu yang kemudian menimbulkan persoalan (baik kenalan, saudara, maupun keluarga, bahkan istri atau anak), maka secara spontan hati kita terbakar dan posisi yang diambill adalah menyalahkan orang tersebut serta berusaha sekuat tenaga agar mereka mengakui kesalahan tersebut, meminta maaf, atau bahkan saking kesalnya ingin sekali membalas perbuatan sepuluh bahkan seribu kali lebih berat.
Bacaan kita hari ini telah memberi pelajaran yang sangat baik. Allah telah merendahkan diri dan rela mengorbankan diri menjadi manusia demi mendamaikan hubungan manusia & Allah. Secara manusiawi Yakub juga rela merendahkan diri di depan Esau dan mengorbankan banyak hal demi membangun hubungan yang baru.
Marilah memilih jalan rekonsiliasi atas setiap persoalan yang kita hadapi, karena dari sanalah hubungan dapat dibangun. Jangan malah menjadi “pembakar jembatan” dan merusak hubungan dengan sesama. (ASB)