Menu

Kasih Tak Melihat Perbedaan

nobanner

differentMinggu, 7 Juni 2015

 

Bacaan :  I Samuel 20 : 12 – 17 & Yakobus 2 : 1 – 10

 

Kasih Tak Melihat Perbedaan

 

Kasih merupakan aspek sentral dalam iman Kristen, kekristenan ada karena kasih Allah kepada manusia yang nyata dalam diri Tuhan Yesus. Kasih Allah untuk menyelamatkan dan membebaskan manusia dari belenggu dosa. Allah mengasihi manusia tidak melihat betapa baiknya manusia atau sebaliknya betapa jahatnya manusia. Allah juga mengasihi manusia tidak melihat betapa miskin atau kayanya manusia. Akan tetapi Allah mengasihi manusia yang menyadari akan kelemahan dan keterbatasannya sehingga memerlukan kasih Allah agar dapat hidup dalam kebenaran dan terang firman Tuhan. Hidup tidak hanya mengandalkan diri sendiri, akan tetapi hidup yang mengandalkan dan bergantung pada Allah.

Perikop bacaan kita dalam 1 Samuel 20:12-17 menceriterakan persahabatan anak muda Yonatan  dan Daud. Persahabatan yang tidak imbang,Yonatan anak seorang raja (Raja Saul) sedang Daud anak Isai (orang yang bersahaja). Perbedaannya sangat mencolok Yonatan seorang Pangeran sedang Daud  seorang Penggembala. Persahabatan Yonatan  dan Daud tidak dilandasi latar belakang kehidupan dan status sosial mereka, tetapi persahabatan mereka dilandasi kasih yang murni. Perikop dalam bacaan Yakobus 2 : 1-10 tertulis bahwa dalam kehidupan sehari-hari untuk mengamalkan iman tidak boleh dengan memandang muka. Menyanjung orang yang berpenampilan ‘moncer’, glamor, dan bau wangi menunjukkan harga parfum yang mahal. Sebaliknya menolak bahkan merendahkan/mengejek/mencerca dan tidak peduli terhadap orang-orang miskin, orang-orang terpinggirkan, dan baunya mungkin saja tidak sedap. Rasul Yakobus menegaskan bahwa dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen masih memandang muka terhadap sesama kita merupakan perbuatan dosa (Yakobus 2 : 9).

Kasih yang tulus dan murni seperti persahabatan Yonatan dan Daud adalah kasih yang tanpa syarat, kasih yang tanpa embel-embel “karena”. Saya mengasihi Anda karena Anda baik pada saya, karena Anda pintar, karena Anda kaya, karena Anda satu suku dengan saya, karena sama pemikirannya, dan masih banyak “karena” yang lainnya. Kasih yang tulus dan murni terbukti nyata bila kita bisa mengasihi orang lain biarpun orang lain tersebut tidak seagama, tidak  satu suku, hobinya tidak sama, pendapatnya tidak sama atau bahkan bertolak belakang, bahkan mungkin orang lain membenci kita. Kasih yang murni tidak dipengaruhi oleh situasi, kondisi, dan lingkungannya, tetapi kasih yang murni dapat mempengaruhi bahkan mengubah  situasi, kondisi, dan lingkungan yang semula tidak baik menjadi baik bahkan lebih baik dengan menghargai perbedaan-perbedaan yang ada. Selamat mengamalkan kasih yang murni, kasih yang tak melihat perbedaan. (SY)

Comments

comments