LIPUTAN PASKAH ADIYUSWA GKJ 2014: MERAYAKAN HIDUP
Berada di tengah lautan ratusan adiyuswa/lansia. Mereka tentu bukan saja orang-orang tua, tetapi juga orang-orang yang sukses menjalani hidup, sukses membangun rumah tangga, sukses membesarkan anak-anak. Sukses menikmati kehadiran cucu-cucu, sukses dalam karya, usaha, dan pelayanan. Sukses dalam mengalahkan diri sendiri. Sukses dalam MERAYAKAN HIDUP, sebagaimana tema gelaran Paskah Paguyuban Adiyuswa Sinode GKJ kali ini.
Paskah Adiyuswa Sinode GKJ di GKJ Paliyan Pepanthan Candi, dengan menggunakan dasar nats dari: Yohanes 10:10 Diawali dengan puisi Pdt. Agus Yusak, yang mengungkapkan alasan mengapa akhirnya Paskah adiyuswa sesinode GKJ dilaksanakan rayonisasi padahal sedianya diadakan menyatu. Ada kekecewaan ketika rencana awal gagal, namun kekecewaan untuk melakukan Paskah Adiyuswa itu akan diadakan di rumah bersama Gunung Kidul, akhirnya dilaksanakan di masing-masing gereja GKJ di Wilayah Gunung Kidul. Namun bersyukur, bahwa kekecewaan itu akhirnya membawa semua pihak untuk mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya sebagai tuan rumah, rumah yang penuh kesederhanaan namun juga rumah sukacita menyambut kedatangan para adiyuswa.
Ada sebuah penggalan lagu “Lebih baik di sini, rumah kita sendiri… ” demikian lagu yang mengakhiri puisi Pdt Agus Yusak dalam kotbahnya di GKJ Wiladeg pepanthan Candi. Apakah ‘hidup’ itu? Demikian pertanyaan awal pengkhotbah yang mengantar jemaat memahami bahwa manusia adalah makhluk yang tak mampu hidup sendiri (Adam membutuhkan Hawa). Manusia yang tak mampu hidup sendiri itu diciptakan ‘imago Dei’ (menurut gambar Allah). Sebagai makhluk yang dicipta menurut gambar Allah, para Adiyuswa masih mampu melakukan banyak hal demi kemuliaan Tuhan.
Di dalam Mazmur, dinyatakan bahwa umur manusia 70 tahun, namun para Adiyuswa yang hadir saat itu ada banyak yang lebih dari 70 tahun, hidup itu anugerah Allah. Allah kehidupan, Allah yang memberi dan menghargai kehidupan, tuntunlah kami… Allah yang hidup itu membawa dan mengajak umat untuk mewujudkan keadilan dan kebenaran. Karena itu kebangkitan Kristus adalah pemberian kehidupan kepada umat oleh Allah. Paskah adalah sebuah anugerah yang membawa manusia pada kehidupan yang sejati supaya kita dapat memaknai anugerah Allah bagi kehidupan umatNya. Allah tidak menghendaki umatNya hanya sekedar hidup, Dia menghendaki umatNya sungguh-sungguh hidup. Meski sudah tua. Masih banyak yang bisa dilakukan untuk menghargai kehidupan pemberian Tuhan. Perjuangan hidup adalah perjuangan untuk mendatangkan kesejahteraan, bukan hanya kesejahteraan diri sendiri namun kesejahteraan untuk orang lain, untuk sesama.
Hal serupa juga dikemukakan oleh Pdt. Andreas Untung Wiyono dalam kotbahnya di Paskah Adiyuswa yang berlangsung di GKJ Wonosari. Bahwa Paskah Adiyuswa GKJ yang mengambil tema: Merayakan Hidup, sebuah ajakan untuk merayakan hidup bersama seluruh ciptaan, tidak hanya dengan sesame manusia akan tetapi dengan seluruh ciptaan.
Dalam kesederhanaan ibadah Paskah Adiyuswa Sinode 2014 juga berlangsung di GKJ Pugeran, rupanya Tuhan diam-diam juga telah memakai masyarakat lingkungan sekitar gereja untuk menjaga kebersihan lingkungan di daerah tersebut. Dadun sebagai bagian dari panitia menuturkan bahwa dirinya sempat kaget melihat masyarakat sekitar GKJ Pugeran beberapa hari sebelumnya sibuk membersihkan kampung. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lokal memberikan perhatian terhadap acara gereja.
Demikian juga para penegak hukum juga nampak antusias menjaga keamanan. Tuhan memakai mereka dalam menjaga keamanan paskah Adiyuswa. Tuhan juga telah memakai seluruh panitia, sehingga persiapan 4 hari saja mampu menghasilkan pelayanan yang sudah lebih dari cukup untuk peserta paskah Adiyuswa yang dibagi dalam 8 tempat penyelenggaraan GKJ Wiladeg, GKJ Pugeran, GKJ Wiladeg Pep. Candi, GKJ Susukan, GKJ wonosari, GKJ Logandeng, GKJ Bejiharjo, dan GKJ Paliyan.
Ditengah isu SARA yg rupanya menyeruak di kawasan Yogyakarta dan sekitarnya akhir-akhir ini. Ternyata terbukti bahwa Tuhan tidak tinggal diam terhadap umatNya yang memohon kepadaNya, dan bahwa di aras akar rumput, masyarakat kita sebenarnya masih masyarakat yang sama dengan yang dulu, toleransi dengan umat yang beragama ” lain”.
Acara perayaan Paskah Adiyuswa di beberapa tempat selesai hampir bersamaan. Akhirnya dapat diambil sisi positifnya dengan diadakan di 8 tempat yang berbeda, telah menjadikan sukacita Paskah bisa merata di hampir seluruh wilayah Gunungkidul.
Sumber: diambil dari berbagai sumber.