Menu

Teaching
Mempercayakan Hidup Pada Kuasa Allah

nobanner

surrenderMinggu, 14 September 2014

 

Bacaan  :   Keluaran 14 : 19 – 31 & Mazmur 114

 

Mempercayakan Hidup Pada Kuasa Allah

 

Saat hidup kita semakin cenderung mengarah pada “keakuan diri” di situlah peran diri menjadi yang utama. Kemampuan diri, kepentingan diri, kenyamanan diri, keuntungan diri, dll lalu menjadi prioritas dalam hidup. Banyak orang merasa bahwa hidupnya hanya bergantung pada dirinya sendiri, pihak di luar dirinya tidak menjadi penting. Bahkan banyak ditemui, umat Kristen yang mempunyai pemahaman bahwa sukses yang diraihnya hanya karena usaha dan kemampuannya. Semua yang dimiliki karena jerih lelah dan keuletannya, tidak ada orang lain bahkan Tuhan sekalipun yang berperan dalam hidupnya. Sehingga banyak orang yang hidup hanya untuk dirinya sendiri. Mereka lupa bahwa seutuhnya hidup kita adalah milik Tuhan. Seperti nasehat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma 14:7-8 “Sebab tidak ada seorang pun di antara kita yang hidup untuk dirinya sendiri, dan tidak ada seorang pun yang mati untuk dirinya sendiri. Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan.” Rasul Paulus mengingatkan kepada kita, bahwa sesungguhnya kita tidak bisa hidup sendiri karena kita selalu membutuhkan orang lain dan Tuhan yang mempunyai hidup kita seutuhnya. Bagaimana kita bisa mempercayakan hidup kita kepada Tuhan, jika kita tidak mau mengakui bahwa hidup kita milik Tuhan?

Bercermin dari kisah bangsa Israel yang keluar dari tanah Mesir (Keluaran 14:19-31), yang tidak tahu apa yang akan mereka hadapi dan alami. Di saat mereka menghadapi tantangan dan masalah, kita dapat menyaksikan bagaimana Allah campur tangan dan selalu memberi jalan keluar. Bahkan kalau kita melihat bagaimana karya Allah yang di luar jangkauan berpikir manusia. Bagaimana Israel yang dituntun Allah dengan tiang awan saat siang hari dan tiang api pada malam hari. Dan saat bangsa Israel sudah terdesak Allah membuka jalan dengan membelah air laut sehingga seperi di tempat kering bangsa Israel bisa menyeberang dan Allah meluputkan bangsa Israel dari kejaran tentara Israel. Bukankah Allah sendiri sepenuhnya yang berprakarsa dalam kehidupan kita? Maka seharusnyalah kita mempercayakan hidup dengan segala pergumulan, tantangan, peristiwa  yang kita hadapi hanya kepada Sang Empunya kita yaitu Allah sendiri. Hal ini juga disaksikan oleh si Pemazmur (Mazmur 114), bagaimana karya Allah melalui bangsa Israel yang keluar dari Mesir. Penggambaran kedasyatan kuasa Allah melalui setiap karyaNya dalam kehidupan kita. Semua makhluk ciptaanNya seharusnya mengakui kedasyatan Allah melalui karyaNya bagi kita. Sudahkah kita mengenal dan bisa merasakan serta mau mengakui kedahsyatan Allah melalui karyaNya dalam kehidupan kita?

Campur tangan Tuhan dan pemeliharaanNya nyata dalam diri kita. Di tengah-tengah rupa-rupa permasalahan, tantangan dan setiap peristiwa yang menghampiri hidup kita marilah kita mau percayakan kepada Tuhan. Dialah Sang sutradara dan pemrakarsa dalam hidup kita. Di tanganNyalah kita mau taruh diri kita, dalam dekapan kasihNya kita akan merasakan kedamaian dan sukacita. Allah menjadi tempat yang tepat untuk kita mempercayakan diri kepadaNya. Biarlah kita yang semakin kecil tetapi kuasa Allah yang makin besar dalam diri kita. Allah yang harus bertambah kita yang harus makin berkurang.

Tangan Tuhan tidak kurang panjang untuk menjangkau setiap kita yang mau menyerahkan diri kita kepadaNya. Mempercayakan hidup pada kuasa Allah, karena pekerjaanNya besar dan ajaib bagi kita. Tuhan memberkati kita. Amin. (KA)

Comments

comments