Rayakan Persahabatanmu!
Minggu, 5 April 2015
Bacaan : Lukas 24 : 13 – 27 & Lukas 24 : 28 – 35
Rayakan Persahabatanmu!
Muka Kleopas murung. Ia dan sahabatnya sedang menuju ke Emaus. Dalam perjalanan itu, Yesus bergabung. Yesus, Kleopas, dan satu murid lain itu kemudian berjalan bersama-sama, saling bicara, mungkin juga bertukar rasa. Namun agaknya Yesus tidak dikenal lagi, Kleopas bahkan tidak mengenal Yesus, orang yang sedang mereka bicarakan. Aneh! Kleopas bahkan mengira Yesus sebagai orang asing. Ia bertanya kepada Yesus, “Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?” (ay. 18) Kleopas memang sedang kecewa. Harapannya kandas. Ia menjelaskan kepada orang asing itu dengan berkata, “Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel.” Rasa kecewa itulah yang agaknya memburamkan penglihatan Kleopas dan sahabatnya.
Perjalanan ke Emaus sejatinya adalah perjalanan yang ganjil, namun juga penuh makna. Tidak ada yang berubah: Yesus, Kleopas, dan murid yang lain itu ada di sana. Sama seperti peristiwa-peristiwa sebelum kematian dan kebangkitan, yaitu pergi bersama-sama. Hanya saja, Yesus yang sekarang berbeda, Ia adalah Yesus yang sudah pernah mati dan bangkit. Tubuhnya pernah koyak demi orang-orang yang dicintai-Nya. Kleopas yang sekarang juga berbeda, Kleopas yang pernah kehilangan harapan akan pembebasan. Kebersamaan, persahabatan yang sebelumnya mesra itu kini merenggang. Apa yang mereka pernah lakukan dulu seolah tidak pernah ada. Persahabatan itu tertutup sebuah batas, batas kekecewaan. Kleopas dan murid lain itu juga mengambil keputusan untuk pergi meninggalkan Yerusalem karena di sana mereka mulai kesepian pasca-ditinggal Sang Guru. Kleopas baru mengenal Yesus, matanya terbuka saat Yesus memecahkan roti. Ada simbol yang dipecahkan, roti sebagai lambang tubuh Kristus. Persahabatan membutuhkan pengorbanan, membutuhkan keterpecahan rasa, bukan keegoisan semata.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga kecewa saat mengingat kematian Sang Kristus? Atau justru kita sedang merayakan sukacita karena kebangkitan-Nya? Beberapa orang terlalu fokus dengan kematian dan kebangkitan. Warga gereja sibuk berpikir, apakah dosaku sudah bersih karena tebusan Kristus atau masih belepotan. Kita buru-buru ingin bersih dari dosa. Sayangnya, seringkali kita lupa pada persahabatan dengan Kristus karena terlalu diliputi kekecewaan, bahkan diliputi sukacita yang berlebihan.
Tahukah mengapa Lukas tidak menyebutkan nama murid yang lain itu, sahabat Kleopas itu? Murid lain itu bukanlah orang lain, murid lain itu barangkali diri kita masing-masing. Kitalah murid Kristus yang turut bersama berjalan Yesus. Bisa Heri, bisa Kartini, bisa Temi, bisa juga Tarto, sangat mungkin Kemikin, atau juga Agus, barangkali Heru, siapa tahu Eko, Joko, Sri, Tutik, juga kita semua. Jangan kuatir, walaupun kita sering melupakan wajah Sang Sahabat, Ia tak membiarkan kita berjalan sendiri. Walau kita sempat mengasingkan-Nya, Ia tetap memecahkan tubuh-Nya bagi kita. (DK).