Menu

Sabar Memulihkan Relasi

nobanner

relationMinggu, 29 Maret 2015

 

Bacaan  :   Yohanes 21 : 15 – 19 & Roma 12 : 18

 

Sabar Memulihkan Relasi

Perasaan marah dan kecewa bisa muncul dari mana saja dan dari siapa saja, tak terkecuali dari anggota keluarga kita. Suatu ketika, salah satu anggota keluarga mungkin menyakiti hati kita, baik orang tua maupun saudara. Pemicunya juga bisa berbagai macam, bahkan mungkin hanya persoalan sepele. Akibatnya, kita kerap kali geram hingga muncul rasa dendam. Perlu perjuangan ekstra untuk kembali memulihkan hubungan. Karena memulihkan hubungan tidak mudah maka dibutuhkan kesabaran.

Arti kata “sabar”: 1) tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah: ia menerima nasibnya dengan sabar; hidup ini dihadapinya dengan sabar; 2) tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu: segala usahanya dijalankannya dengan sabar. Begitu pentingnya kesabaran yang harus dimiliki oleh setiap orang yang mau berproses untuk memulihkan hubungan dengan sesamanya.

Tuhan Yesus ingin memulihkan relasi Petrus dengan-Nya dengan cara melakukan pertemuan langsung dan menyapanya. Sapaan Yesus yang pertama membuat Petrus meneguhkan bahwa ia mengasihi Yesus lebih besar dari pada yang lain (murid-murid yang lain). Sapaan Yesus yang kedua tidak membandingkan dengan yang lain, tetapi secara pribadi sebesar/sedalam apa kasih Petrus kepada Tuhan Yesus. Kemudian sapaan yang ketiga sama persis dengan pertanyaan kedua dan membuat Petrus tersentuh dan sedih dan menyerah kepada Yesus “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kesedihan Petrus beralasan karena telah menyangkal 3 kali bahwa ia tidak kenal Yesus. Dengan pertemuan langsung dan sapaan tersebut dapat mencairkan komunikasi dan memulihkan relasi Yesus dengan Petrus sehingga Yesus memberinya kembali tugas untuk menggembalakan domba-domba-Nya.

Untuk memulihkan relasi yang tidak baik kita perlu bersikap sabar dalam pemulihannya. Roma 12:18 menyatakan dengan jelas, suatu relasi yang tidak baik, dan ada sangkut pautnya dengan kita, hendaklah kita mempunyai inisiatif untuk pemulihan relasi tersebut. Relasi yang dipulihkan sangat mempengaruhi bagaimana kita berkomunikasi dengan orang lain. Yesus memandang kasih sebagai syarat dasar pemulihan hubungan yang diwakili dengan sikap sabar (TS).

Comments

comments