Sehat Seutuhnya
nobanner
Banyak orang ingin menjadi sehat seutuhnya. Tapi ternyata banyak faktor yang memengaruhi. Ada faktor medis, maupun nonmedis yang lambat laun akan memengaruhi faktor medis. Sekilas faktor-faktor ini bisa dikelompokkan berdasarkan berbagai kriteria, misalnya apakah mendukung kesehatan/sebaliknya, atau bisa dikoreksi/tidak. Semua faktor ini akan bergabung dan memengaruhi kesehatan. Jangan lupa, faktor hormon perasaan/emosi juga ikut berperan. Pada orang yang merasa gembira, kesehatannya bisa jauh lebih baik daripada orang merasa tertekan, meski faktor-faktor lainnya sudah diseragamkan. Jadi bagaimana cara menjadi sehat yang seutuhnya?
Tentu kita pernah mendengar ayat di Alkitab yang isinya “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang” (Amsal 17:22). Ini sangat benar dan sudah saya saksikan selama menjalani profesi dokter. Ada yang sakit ringan, tapi merasa sangat sakit. Sebaliknya ada yang sakit sangat parah (bahkan ada yang ekonominya juga hancur), tapi masih bisa tertawa senang. Saya salut dengan tipe orang yang kedua ini.
Dari sisi medis, faktor hormon emosi bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang meningkatkan rasa rileks/ mendukung rasa gembira (misalnya endorphin, dopamine, oksitosin, & serotonin) dan yang meningkatkan ketegangan tubuh (misalnya adrenalin, kortisol, & norepinefrin). Hormon-hormon ini sebenarnya bukan berarti jahat/baik terhadap tubuh. Yang penting adalah waktunya tepat. Saat situasi darurat, hormon tegang dibutuhkan supaya lebih waspada. Tapi setelah situasi mereda, jangan biarkan rasa tegang ini menetap. Jadi, selanjutnya, usahakan perasaan kita menjadi gembira lagi. Proses hormon memang panjang dan rumit, tapi yang terpenting adalah hasil akhirnya yang bisa memengaruhi kualitas hidup.
Di masa sekarang ini, dimana banyak yang mengatakan dunia sedang dalam kondisi yang sulit, maka faktor hormon ini akan sangat bermain dalam tubuh manusia. Maka alangkah baik kalau mulai sekarang kita berusaha untuk belajar merasakan rasa bahagia itu, meski kondisi sedang sangat menyebalkan bagi kita. Selalu bersyukur akan membantu kita merasakan rasa bahagia itu. Memang tidak semudah bicara, tapi kita harus berusaha belajar merasakan rasa bahagia yang masih tersisa. Dan mari senantiasa berdoa kepada Bapa di sorga supaya kita selalu diberi kekuatan untuk belajar bahagia. Amin.
(c) 2023 by dr. Christina Wirasasti (Mbak Asti) untuk Gema Wacana

Tentu kita pernah mendengar ayat di Alkitab yang isinya “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang” (Amsal 17:22). Ini sangat benar dan sudah saya saksikan selama menjalani profesi dokter. Ada yang sakit ringan, tapi merasa sangat sakit. Sebaliknya ada yang sakit sangat parah (bahkan ada yang ekonominya juga hancur), tapi masih bisa tertawa senang. Saya salut dengan tipe orang yang kedua ini.
Dari sisi medis, faktor hormon emosi bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang meningkatkan rasa rileks/ mendukung rasa gembira (misalnya endorphin, dopamine, oksitosin, & serotonin) dan yang meningkatkan ketegangan tubuh (misalnya adrenalin, kortisol, & norepinefrin). Hormon-hormon ini sebenarnya bukan berarti jahat/baik terhadap tubuh. Yang penting adalah waktunya tepat. Saat situasi darurat, hormon tegang dibutuhkan supaya lebih waspada. Tapi setelah situasi mereda, jangan biarkan rasa tegang ini menetap. Jadi, selanjutnya, usahakan perasaan kita menjadi gembira lagi. Proses hormon memang panjang dan rumit, tapi yang terpenting adalah hasil akhirnya yang bisa memengaruhi kualitas hidup.
Di masa sekarang ini, dimana banyak yang mengatakan dunia sedang dalam kondisi yang sulit, maka faktor hormon ini akan sangat bermain dalam tubuh manusia. Maka alangkah baik kalau mulai sekarang kita berusaha untuk belajar merasakan rasa bahagia itu, meski kondisi sedang sangat menyebalkan bagi kita. Selalu bersyukur akan membantu kita merasakan rasa bahagia itu. Memang tidak semudah bicara, tapi kita harus berusaha belajar merasakan rasa bahagia yang masih tersisa. Dan mari senantiasa berdoa kepada Bapa di sorga supaya kita selalu diberi kekuatan untuk belajar bahagia. Amin.
(c) 2023 by dr. Christina Wirasasti (Mbak Asti) untuk Gema Wacana
Comments
Share this: