Keteladanan Hidup Sara, Istri Abraham
Sebagian besar kita pasti sudah mengetahui kisah Alkitab mengenai Abraham dan Sara, istrinya. Dipanggil keluar dari Ur Kasdim, kedua suami-istri ini menjalani pernikahan hingga maut memisahkan.
Sara sendiri meninggal dunia pada usia 127 tahun atau 37 tahun setelah melahirkan Ishak. Sampai ajal menjemput, wanita ini tidak sempat melihat anak tunggalnya menikah dengan Ribka, sebab Ishak menikah saat berumur 40 tahun (Kejadian 25:20).
Abraham sangat mencintai Sara. Oleh sebab, ketika istrinya tersebut meninggal dunia, ia pun menangis dan meratap sejadi-jadinya.
Terlepas dari kesalahan yang pernah dilakukan, ada beberapa hal yang bisa wanita-wanita Kristen teladani dari Sara. Berikut pelajaran yang bisa dipetik dari kehidupan seorang yang bernama Sara ini :
A. Mengikuti Suami
Sara mengikuti Abraham dari Ur-Kasdim sampai ke Haran, kemudian ke tanah Kanaan. Karena terjadi bencana kelaparan, Abraham meninggalkan Kanaan menuju Mesir. Dari Mesir, Sara mengiringi suaminya kembali ke tanah Kanaan. Suka dan duka silih berganti dialami Sara dalam menyertai suaminya sepanjang ribuan kilometer (Kejadian 11:31; Kejadian 12:4-6; Kejadian 12:10-11; Kejadian 13:1-3).
Sebagai istri, ketika tahu bahwa Tuhan telah menyuruh suami untuk melangkah maka tindakan yang perlu diambil olehnya adalah mengikuti sang suami. Jangan ragu sebab begitu seorang istri menjadi ragu terhadap suami maka rencana indah Tuhan atas rumah tangga yang mereka bina bisa gagal di pertengahan jalan.
B. Mendukung Suami
Tuhan menyuruh Abraham mempersembahkan Ishak sebagai korban bakaran di tanah Moria (Kejadian 22:2). Sudah pasti, sebelum melaksanakan perintah Tuhan, Abraham memberitahukan hal itu kepada Sara.
Walau tidak ditulis secara harafiah, tetapi kita bisa menduga bahwa Sara pastilah mendukung apa yang akan dilakukan Abraham. Sebab esok pagi, ketika Abraham membawa Ishak, dua orang bujang mereka mengikuti.
Tuhan menyediakan seorang istri bagi seorang laki-laki untuk menjadi penolong (pendukung) di dalam kelemahan, kesulitan, kebimbangan, dan kesakitan. Ketika Abraham berada dalam kebimbangan berkenaan dengan perintah Tuhan, Sara tampil memberikan dukungan.
Hidup manusia tidak selamanya mudah dan lancar; ada kalanya menghadapi berbagai keadaan yang pelik, sulit, ataupun rumit. Alangkah bahagianya seorang suami yang memiliki istri yang dapat mendukung dirinya dalam berbagai situasi.
C. Menerima Gaya Hidup Suami
Oleh berkat Tuhan, Abraham menjadi seorang yang kaya (Kejadian 13:2; Kejadian 0:34-35). Dalam kekayaannya itu, Abraham tetap tinggal di dalam kemah (Ibrani 11:9). Namun, Sara tidak menuntut agar suaminya membangun rumah yang megah. Ia menikmati gaya hidup sederhana yang dijalani suaminya. Sara menyadari keberadaannya di bumi ini hanyalah sebagai pengembara. Rumah yang sejati adalah surga, yang kelak akan dinikmatinya (Ibrani 11:11-16). Istri yang bijak akan mendukung gaya hidup suami yang sesuai dengan ajaran Tuhan.
Bukan sebuah kebetulan jika hari ini Anda menikahi seorang pria yang mengasihi Tuhan. Mungkin dalam perjalanan membina bahtera rumah tangga, ada kesalahan dari sang suami yang pernah dibuat – baik secara sengaja maupun tidak. Namun, seperti yang Sara, istri Abraham tunjukkan, percayalah dan yakinlah bahwa Tuhan sedang menuntun suami Anda untuk membawa keluarganya sama-sama menggenapi tujuan ilahi di bumi ini.
Sumber : sabda.org / bm