Menu

Sederhanakah Aku?

nobanner

sederhanaMinggu, 14 Desember 2014

 

Bacaan  :   Markus 1 : 1 – 8 & I Timotius 6 : 7 – 10

 

Sederhanakah Aku?

 

Jika berangkat dengan dasar uang, maka sederhana selalu diukur dengan apa yang kasat mata. Tidak jarang sederhana identik dengan hidup dalam kemiskinan atau kekurangan. Banyak orang akan bekerja dan bekerja untuk mencari uang, agar terbebas dari kekekurangan. Itulah hasrat dan nafsu yang membuat manusia hidup diperhamba oleh keinginannya. Dalam kaca mata Timotius, orang akan menjadi hamba uang dan orang akan semakin kehilangan tujuan hidup yang sesungguhnya. Bahkan, karena ingin menjadi cepat kaya secara instan, lalu menghalalkan segala cara.

I Timotius 6: 7 – 10 menolong kita untuk mengerti hal kesahajaan itu bukan berukuran atas uang yang dimiliki, tetapi memiliki gaya hidup atau cara hidup yang cukup. “Berikanlah kami pada hari ini, makanan kami yang secukupnya” adalah jiwa hidup cukup atas pengaturan Tuhan. Orang yang hidup sederhana adalah orang yang hidup dari apa yang diperlukan, bukan dari apa yang diinginkan. Ia tidak berlebih-lebihan dan tidak banyak perniknya. Orang seperti ini akan mensyukuri dengan apa yang dapat mereka nikmati, baik itu rumah, pakaian dan barang lainnya.

Jika belajar dari kesederhanaan Yohanes Pembaptis, pasti kita akan melihat apa yang dia kenakan, apa yang kasat mata. Ia memakai jubah bulu unta, ikat pinggang kulit, dan makanannya adalah belalang serta madu hutan. Karena Yohanes memerankan diri sebagai nabi, maka pembandingnya dengan cara berpakaian para ahli Taurat dan imam yang selalu memakai jubah panjang serta nampak rohani di hadapan publik. Memang dari yang kasat mata itu, kita bisa belajar satu hal yaitu gaya hidupnya sederhana. Dia tidak khawatir dipandang berstatus sosial rendah oleh karena pakaiannya berbeda dengan para pemimpin umat Israel. Sikap mental atau hidup dalam kesederhanaan membutuh keberanian. Karena di dalam kesederhanaan ada dimensi penguasaan diri, sehingga mendorong kita untuk  mengelola diri secara bijak. Dalam kesederhaan juga ada dimensi yaitu tidak mementingkan diri sendiri melainkan bersikap peduli. Orang mendengarkan dan memperhatikan Yohanes bukan karena pakaiannya, tetapi pesan pertobatanlah yang menjadi magnet penggerak hati.

“Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu.”

Banyak manusia tergoda merasa kaya perbuatan rohani, banyak orang Kristen tergoda merasa kaya ibadah, banyak gereja tergoda merasa kaya oleh milik. Yohanes menegaskan bahwa hidup menjadi keluarga kerajaan keselamatan Allah tidak mungkin mengandalkan segala perasaan kaya apapun. Bertobat yang dimaksudkan oleh Yohanes adalah cara hidup sederhana dan sahaja di hadapan Allah. Mengandalkan rahmat anugerah Allah dengan lambang baptis adalah langkah sahaja beriman. Implementasinya adalah tidak perlu menunggu menjadi yang kaya harta untuk bertindak mewarta dan mewujudkan kabar baik.

Di seluruh hidup yang mengandalkan TUHAN, yang berarti manusia tidak punya milik berlebih atau tidak ada yang bisa menjadi kesombongan manusia, di sanalah tercermin kesederhanaan yang akan tampak dengan kerelaan menjadi berkat bagi sesama.

Selamat mengandalkan TUHAN. (FAK).

Comments

comments